Saya pusing….pusingggg bangettt, nampak khan dari gambar di atas ?
Apa pasal ?
Saya memang baru mengajar matematika di SMP yang berada sangat jauh dari kota. Ya….sangat jauh dari kota. Karenanya kepala saya terasa sangat berat, pusing tujuh keliling.
Apa sebab ?
Sebenarnya saya memang lulusan Program Study Matematika dari salah satu Fakultas Keguruan, walau lebih tepatnya dengan susah payah lulus dari Fakultas tersebut. Maklumlah, ketika SMA saya termasuk siswa yang payah. Dari sinilah kepusingan saya berawal.
KISAH PERTAMA :
Baru beberapa bulan saya “ter-lulus-kan” dari Fakultas itu, keponakan saya yang kelas SD (kelas berapa ya….dah lupa), meminta bantuan saya mengerjakan PR matematikanya. Saat itu materi penjumlahan yang melibatkan bilangan negatif. Dengan semangat saya memberi bantuan dan dengan memeras otak saya sekeras-kerasnya sambil mencoba menjelaskan sebaik-baiknya kepada ponakan tersayang. Nomor per nomor hingga selesai.
Keesokan harinya ketika saya bertemu ponakan tersayang, saya berharap senyumnya yang manis dan tulus dari seorang anak karena mendapat nilai 100 untuk PR matematikanya, namun alangkah terkejutnya saya karena ponakan tersayang malah cemberut dengan mata memerah menahan tangis. Ada apa gerangan ? Ternyata PR-nya mendapat nilai “TELOR ANGSA”. Waduh…! Saya terpukul… telak! Apa sih yang salah…?
Ternyata menurut “Sang Guru” setiap angka yang lebih kecil jika dikurangkan dengan angka yang lebih besar hasilnya nol.
OOOO… begitu rupanya. Pantesan dapet “TELOR ANGSA” karena ketika kuliah saya diajarkan jika angka yang lebih kecil dikurangkan dengan angka yang lebih besar hasilnya adalah bilangan negatif. Ada kemungkinan saya mendapatkan pendidikan yang “keliru” atau saya yang tidak mampu menyerap pendidikan “dengan benar” ? Entahlah.
KISAH KE DUA:
Anak pertama saya sudah duduk dibangku kelas 5 SD. Hari ini mengerjakan PR tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil. Ada 10 (sepuluh) soal yang harus diselesaikannya. Sebelum menyelesaikan PR-nya, Ragil saya berikan penjelasan seperti berikut :
Kelipatan 3 adalah : 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48,…
Kelipatan 4 adalah: 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52,…
Angka-angka berwarna merah untuk kelipatan 3 ada yang sama pada kelipatan 4 sehingga dinamakan dengan kelipatan persekutuan. Pada contoh ada 4 (empat) angka yang merupakan kelipatan persekutuan dan sebenarnya masih banyak lagi. Dari kelipatan-kelipatan persekutuan itu, yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil adalah 12 .
Dari penjelasan di atas, Ragil mengerjakan PR-nya dengan cara yang sama, dan berakhir dengan nilai “TELOR ANGSA”. Apa sebab ? Pekerjaan Ragil salah karena kelipatan persekutuan lebih dari 2 (dua) buah kelipatan, tidak sesuai dengan contoh di buku paket yang menunjukkan kelipatan persekutuan hanya 2 (dua) buah kelipatan saja.
Waduh….dari pengalaman ini, saya jadi labil. Jangan-jangan saya memang tidak pantas jadi guru, karena guru yang dimaksudkan dalam cerita ini adalah seorang Guru Senior yang sangat berpengalaman.
Dari kisah ini ada satu pertanyaan saya: “Haruskah Guru-guru SD di daerah “jauh dari kota” dipaksakan kuliah lagi dan meraih gelar Sarjana?”
{Cerita ini hanyalah rekayasa belaka menjelang Ujian Nasional 2012, mohon maaf karena cerita ini tidak mencantumkan nama siapapun}
Filed under: ISENG | Tagged: GURU BERPRESTASI, GURU S-1, MATEMATIKA SD, MATEMATIKA SMP, SD, SMP, telor | 11 Comments »